Surabaya, (20/11). Tingginya frekuensi media pembawa/komoditas pertanian dari luar negeri membawa konsekuensi meningkatknya masuk dan tersebarnya Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) ke dalam wilayah Indonesia. Karena itu, sebagai institusi yang mendapat amanah mencegah masuk dan tersebarnya hama penyakit hewan maupun tumbuhan, Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya tiada henti meningkatkan pengetahuan sumberdaya manusia melalui pelatihan/inhouse training.
Hal ini seiring dengan yang disampaikan Kepala BBKP Surabaya Dr. Ir. Musyaffak Fauzi, SH, MSi dalam sambutan pembukaan Inhouse Training Deteksi Virus Patogen Tumbuhan dengan Metode Polymerase Chain Reaction (PCR) pada 13 – 15 November 2017 di Sidoarjo di hadapan para POPT muda dan madya yang hadir. Dalam sambutannya Dr. Musyaffak menyatakan pentingnya POPT secara terus menerus melakukan update informasi tentang teknik deteksi OPTK, sehingga pemasukan organisme pengganggu tumbuhan dalam hal ini virus patogen tumbuhan dapat dicegah.
Dr. Sedyo Hartono, pakar virologi tumbuhan dari Departemen Hama Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada selaku narasumber menyampaikan alasan pemilihan metode PCR untuk deteksi virus, karena metode tersebut mampu memberikan hasil uji yang akurat sehingga rekomendasi tindakan karantina selanjutnya menjadi lebih cepat dan didukung dengan pembuktian ilmiah.
Dengan peningkatan kompetensi deteksi virus patogen tumbuhan, merupakan suatu upaya untuk melindungi komoditas pertanian dari kerusakan dan kegagalan panen akibat masuk dan tersebarnya berbagai virus tumbuhan tersebut #PerlindunganKeamananHayati (herny).

Hadang Virus Patogen Tumbuhan dengan Metode PCR

Hadang Virus Patogen Tumbuhan dengan Metode PCR

Hadang Virus Patogen Tumbuhan dengan Metode PCR

Hadang Virus Patogen Tumbuhan dengan Metode PCR