Penyakit Zoonosis (AI, FMD dan Rabies) menjadi Topik Utama Dalam ASEAN-China Workshop

karantina hewanBerita

Surabaya (11/9). Di hari kedua ASEAN-China Workshop on Risk Analysis of Animal Diseases di Surabaya diawali dengan presentasi dari Drh. Tri Satya Naipospos Hutabarat, MPhil, PhD, dari Komisi Ahli Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner. Dr. Tri Satya menyampaikan materi tentang: 1.) Model untuk Latihan Penilaian Risiko (Risk Assessment) High Pathogenic Avian Influenza (HPAI) dan 2.) Model untuk Latihan Penilaian Risiko Rabies. Materi yang diberikan pada Latihan Penilaian Risiko ini berupa contoh penilaian risiko di negara lain untuk dipergunakan sebagai bahan diskusi untuk sesi selanjutnya.

Selanjutnya pada sesi diskusi kelompok, 45 peserta workshop dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok dimana setiap kelompok mendiskusikan penilaian risiko untuk 1 (satu) jenis penyakit. Kelompok 1 dipandu oleh Dr. Pennapa mendiskusikan penilaian risiko untuk Penyakit Mulut dan Kuku (Foot and Mouth Disease atau FMD). Kelompok 2 dipandu oleh Dr. drh. Denny Widaya Lukman, MSi, Kepala Divisi Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor mendiskusikan penilaian risiko untuk Penyakit Rabies.  Kelompok 3 dipandu oleh Dr. Tri Satya mendiskusikan penilaian risiko untuk Penyakit HPAI.

Setelah diskusi kelompok usai, berikutnya adalah presentasi kelompok. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya: 1.) Drh. Citra Noviana, MSi, mewakili kelompok 1, mempresentasikan “Analisis Risiko Masuknya H5N6 ke Negara Anggota ASEAN”; 2.) Drh. Gatot Santoso, MSi, mewakili kelompok 2, mempresentasikan “Importasi Anjing dari Negara Terinfeksi Rabies ke Negara Terinfeksi Rabies”; 3.) Drh. Sri Yusnowati mewakili kelompok 3 mempresentasikan “Importasi Anjing dari Negara Terinfeksi Rabies ke Negara Bebas Rabies”; dan 4.) Dr. drh. Mujiatun, MSi, mewakili kelompok 4 mempresentasikan “Analisis Risiko FMD”.

Di akhir presentasi kelompok, setiap kelompok akan mendapatkan tanggapan dari narasumber Dr. Denny, Dr. Pennapa, Dr. Tri Satya dan drh. Syafrison. Pada dasarnya semua narasumber sepakat bahwa ketiga kelompok telah menggunakan semua prinsip analisis risiko dengan baik.

Pembacaan kesimpulan dan rekomendasi oleh Dr. Sriyanto menjadi momen penting dalam acara ini. Kesimpulan dan rekomendasi yang disampaikan yaitu: 1.) Diperlukannya analisis risiko yang efektif untuk memastikan bahwa pergerakan hewan dan produk hewan dapat dipertanggungjawabkan; 2.) Semua negara anggota ASEAN harus saling menghargai mengenai penerapan analisis risiko; 3.) Diperlukannya peninjauan kembali konsep dasar analisis risiko, dan 4.) Pentingnya peran OIE untuk mendukung dalam memperkuat kemampuan VS untuk melaksanakan analisis risiko yang lebih baik

Penyerahan cinderamata dari Badan Karantina Pertanian, yang diserahkan oleh drh. Tri Wahyuni, MSi (Kepala Bidang Karantina Hewan BBKP Soekarno Hatta) kepada para narasumber: Dr. Pennapa, Dr. Tri Satya dan Dr. Denny menutup rangkaian acara workshop di hari kedua (sarie/editor:herny).

Penyakit Zoonosis (AI, FMD dan Rabies) menjadi Topik Utama Dalam ASEAN-China Workshop

Share